Berpikir 100 Kali

Aktivitas

Apa yang remaja atau  pelajar lakukan saat ini? Demikian pancingan pertanyaan Sr.Paulina, CB., S.Pd saat memberikan penyuluhan tentang kenakalan remaja (16/6) lalu di ruang perpustakaan SMA Santo Yosef. Tujuan penyuluhan untuk mengingatkan kembali kepada para siswa agar tidak keluar dari norma-norma berlaku, tetapi menjadi anak-anak didik yang baik dan menjadi pribadi yang berbela rasa, utuh, dan berprestasi.

Banyak sekali remaja yang berusia dibawah 16 – 18 tahun melakukan penyalagunaan obat seperti memakai sabu-sabu, bahan adiktif, dan itu semua banyak dilakukan oleh para selebritis. Sehingga, masyarakat remaja yang dibutuhkan untuk masa depan bangsa terpengaruh oleh para selebritis yang menyalagunakan obat-obat terlarang seperti sabu-sabu dan narkoba.

Kenakalan remaja ini mengakibatkan banyak korban seperti pada berita tawuran antar siswa, kebut-kebutan dijalan. Dengan  penayangan berbagai peristiwa akibat kenakalan remaja membuat siswa semakin antusias mengikuti penyuluhan. Kenakalan remaja yang sering dilakukan siswa, yaitu merokok, mencontek, bolos sekolah.  “Untuk melakukan suati tindakan harus berpikir seribu kali,” tegas suster.

Kenakalan remaja dan  perilaku jahat anak muda merupakan  gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial. Sehingga, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Ada dua bentuk  kenakalan remaja,  yaitu kenakalan terisolir ( delinkuensi terisolir ) merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal, dan kenakalan neurotik ( delinkuensi neurotik ) merupakan kenakalan remaja tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, merasa selalu tidak aman. HIV / AIDS  termasuk kenakalan neurotic.

“Sejauh pengamatan saya tingkat kenakalan remaja di SMA Santo yosef ini masih cukup sederhana tetapi apabila dibiarkan itu lama kelamaan akan semakin bertambah, oleh kerena itu apabila ada siswa yang melakukan kenakalan remaja itu tidak akan dihukum tetapi akan diberikan pembinaan kepada siswa lewat pendampingan pribadi oleh guru BK” tutur Sr.Paulina, CB.

Dwi, Lia

Tinggalkan komentar